Di tengah hype pemain muda Jepang seperti Kubo, Mitoma, atau Nakamura, nama Junya Ito kadang terlupakan. Padahal, kalau lo bener-bener ngikutin timnas Jepang atau Ligue 1, lo bakal sadar satu hal: Junya Ito itu pemain yang gak bisa diremehin.
Dia tipe pemain yang kerja diam-diam tapi konsisten ngasih impact. Gak banyak gaya, gak cari spotlight, tapi setiap kali dia dapat bola di sayap, lo bisa yakin satu hal: bek lawan bakal ketinggalan langkah.

Siapa Itu Junya Ito?
Junya Ito lahir di Yokosuka, Jepang, pada 9 Maret 1993. Beda dari nama-nama muda yang langsung viral sejak remaja, karier Junya bisa dibilang slow burn. Dia gak langsung ke Eropa. Dia mulai dari liga lokal Jepang, bermain buat Ventforet Kofu, lalu meledak bareng Kashiwa Reysol.
Di sanalah publik Jepang mulai sadar: ini pemain beda. Speed-nya gak masuk akal, dribble-nya rapi, dan crossing-nya presisi. Dia bukan cuma kenceng, tapi tau banget kapan harus bikin pergerakan yang efektif.
Perjalanan ke Eropa: Dari Belgia ke Prancis
Junya pertama kali hijrah ke Eropa pada 2019, gabung ke KRC Genk di Liga Belgia. Banyak yang skeptis awalnya. Usianya udah 26 waktu itu—bukan tergolong “muda banget” buat adaptasi di Eropa. Tapi Junya cuek. Dia langsung klik sama gaya main Genk dan jadi pemain inti dalam waktu singkat.
Di Genk, dia cetak lebih dari 20 gol dan 30+ assist dalam tiga musim. Kontribusinya gede banget, baik dalam serangan balik, pressing, maupun build-up. Bahkan dia sempat jadi top assist Liga Belgia. Gak heran kalau akhirnya dia dilirik klub-klub dari liga top.
Tahun 2022, dia resmi gabung Stade de Reims di Ligue 1 Prancis. Dan lo tau sendiri, Ligue 1 bukan liga kaleng-kaleng. Tapi lagi-lagi, Junya gak perlu adaptasi lama. Dia langsung jadi starter tetap, bahkan kadang jadi penentu kemenangan tim.
Gaya Main: Ngebut, Cerdas, dan Visioner
Junya Ito punya salah satu pace tercepat di sepak bola Eropa. Tapi yang bikin dia spesial itu bukan cuma speed, melainkan cara dia gunakan kecepatannya dengan cerdas.
Dia bukan sprinter kosong. Junya ngerti kapan harus cut inside, kapan harus melebar, dan kapan harus bikin overlap diam-diam. Dan yang paling underrated? Passing dan crossing-nya. Umpan-umpannya tuh sering banget jadi kunci buat gol, terutama dalam skenario counter attack.
Dia bisa main di kanan, kadang pindah ke kiri, tapi posisi idealnya tetap sebagai right winger yang bisa bawa bola dari bawah, eksploitasi ruang, dan kasih umpan ke striker.
Konsistensi di Timnas Jepang
Kalau ngomongin “pemain paling stabil di timnas Jepang” selama 5 tahun terakhir, Junya Ito jawabannya. Dia selalu masuk starting XI di bawah Hajime Moriyasu, bahkan jadi pemain kunci di Kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia.
Statistiknya juga gak main-main: udah lebih dari 15 gol dan 10 assist untuk Samurai Blue. Dan dia bukan cuma numpang lewat di pertandingan kecil—dia sering muncul di momen-momen penting.
Waktu Jepang lawan Jerman dan Spanyol di Piala Dunia 2022? Junya main. Dan lo bisa liat betapa dia disiplin banget di dua arah: bantu serangan, tapi juga cepet turun bantu bertahan.
Gak Banyak Gimmick, Tapi Penuh Impact
Junya Ito itu anti drama. Lo jarang lihat dia di media sosial atau ngomong kontroversial. Dia tipikal pemain yang datang, kerja, berkontribusi, dan pulang. Tapi di lapangan, kerja kerasnya keliatan banget.
Dia juga dikenal sebagai pemain yang disiplin secara taktik. Lo bisa kasih dia instruksi A sampai Z, dan dia bakal jalanin tanpa banyak salah. Pelatih suka banget sama tipe kayak gini. Dan fans pun mulai sadar: Junya bukan cuma “pemain Jepang cepat”, dia aset nyata di tim.
Apa Selanjutnya Buat Junya?
Dengan usianya yang sekarang 31 tahun, Junya mungkin gak masuk kategori “young prospect” lagi. Tapi dia masih jauh dari kata habis. Di Reims, dia masih jadi starter, dan performanya stabil banget.
Dia bisa aja pindah ke klub yang lebih besar, atau bahkan balik ke Jepang buat nutup karier. Tapi apapun keputusannya, warisan yang dia tinggalin udah solid: jadi contoh bahwa pemain Asia bisa sukses di Eropa lewat kerja keras, bukan hype.
Kesimpulan
Junya Ito itu definisi pemain underrated yang seharusnya lebih banyak dapet spotlight. Dia bukan bintang media, tapi bintang di lapangan. Dengan kecepatan, konsistensi, dan etos kerja yang luar biasa, dia jadi salah satu winger terbaik yang pernah dimiliki Jepang.
Gak perlu trik aneh-aneh atau selebrasi norak—cukup dengan kontribusi real di lapangan, Junya udah kasih bukti bahwa dia pemain kelas dunia. Dan selama dia masih main, lo gak bisa tidur tenang kalau tim lo harus lawan dia.